Jumat, 28 Agustus 2009

Arti Lambang PMII

ARTI LAMBANG PMII
Pencipta Lambang: H. Said Budairi

  1. Bentuk
  • Perisai berati Ketahanan dan keampuhan mahasiswa Islam terhadap berbagai tantangan dan pengaruh dari luar.
  • Bintang adalah melambang ketinggian dan semangat cita-cita yang selalu memancar.
  • 5 (Lima), bintang sebelah atas menggambarkan Rasulullah SAW dengan empat sahabat terkemuka (Khulafaur Rasyidin).
  • 4 (Empat), bintang sebelah bawah menggambarkan empat mazhab yang berhaluan Ahlusunnah Wal-jama’ah.
  • 9 (Sembilan), bintang sebagai jumlah bintang dalam lambang dapat berati ganda, yakni :
Rasulullah dan empat orang sahabat serta empat orang imam mazhab itu laksana bintang yang selalu bersinar cemerlang, mempunyai kedudukan tinggi dan penerang umat manusia.
Sembilan orang pemuka penyebar Agama Islam di Indonesia yang disebut WALI SONGO.

2. Warna

  • Biru, sebagaimana lukisan PMII, berati kedalaman ilmu pengetahuan yang harus dimiliki dan digali oleh warga pergerakan. Biru juga menggambarkan lautan Indonesia yang mengelilingi kepulauan Indonesia dan merupakan kesatuan Wawasan Nusantara.
  • Biru Muda, sebagaimana warna dasar perisai sebelah bawah, berati ketinggian ilmu pengetahuan, budi pekerti dan taqwa.
  • Kuning, sebagaimana warna dasar perisai-perisai sebelah bawah, berati identitas kemahasiswaan yang menjadi sifat dasar pergerakan lambang kebesaran dan semangat yang selalu menyala serta penuh harapan menyongsong masa depan.

Senin, 24 Agustus 2009

VISI DAN MISI PMII


Visi dasar PMII;
Dikembangkan dari dua landasan utama, yakni visi ke-Islaman dan visi kebangsaan. Visi ke-Islaman yang dibangun PMII adalah visi ke-Islaman yang inklusif, toleran dan moderat. Sedangkan visi kebangsaan PMII mengidealkan satu kehidupan kebangsaan yang demokratis, toleran, dan dibangun di atas semangat bersama untuk mewujudkan keadilan bagi segenap elemen warga-bangsa tanpa terkecuali.

Misi dasar PMII;
Merupakan manifestasi dari komitmen ke-Islaman dan ke-Indonesiaan, dan sebagai perwujudan kesadaran beragama, berbangsa, dan bernegara. Dengan kesadaran ini, PMII sebagai salah satu eksponen pembaharu bangsa dan pengemban misi intelektual berkewajiban dan bertanggung jawab mengemban komitmen ke-Islaman dan ke-Indonesiaan demi meningkatkan harkat dan martabat umat manusia dan membebaskan bangsa Indonesia dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan baik spiritual maupun material dalam segala bentuk.


Jumat, 14 Agustus 2009

Selayang Pandang Sejarah PMII

S E K A P U R S I R I H

Sejarah masa lalu adalah cermin masa kini dan masa datang. Dokumen historis, dengan demikian merupakan instrumen penting untuk mengaca diri. Tidak terkecuali PMII. Meski dokumen yang disajikan dalam tulisan ini terbilang kurang komplit, sosok organisasi mahasiswa tersebut sudah tergambar jelas berikut pemikiran dan sikap-sikapnya.
PMII, yang sering kali disebut Indonesian Moslem Student Movement atau Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia adalah anak cucu NU (Nahdlatul Ulama) yang terlahir dari kandungan Departemen Perguruan Tinggi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), yang juga anak dari NU. Status anak cucu inipun diabadikan dalam dokumen kenal lahir yang dibikin di Surabaya tepatnya di Taman Pendidikan Putri Khodjijah pada tanggal 17 April 1960 bertepatan dengan tanggal 21 Syawal 1379 H.


PMII DALAM LENSA SEJARAH
MASA EMBRIONAL KELAHIRAN PMII

Cikal Bakal PMII
Berdirinya organisasi ini bermula dengan adanya hasrat kuat para mahasiswa Nahdlatul Ulama (NU) untuk medirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja). Pada bulan Desember 1955 berdirilah Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (IMANU). Berdirinya IMANU ini ditentang keras oleh Pimpinan Pusat Ikatan pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) yang baru saja berdiri tanggal 24 Februari 1954. IPNU beranggapan bahwa berdirinya IMANU masih terlalu ‘pagi’, mengingat masih minimnya jumlah mahasiswa NU di perguruan tinggi, dan khawatir kalau IMANU justru akan berpisah meninggalkan IPNU.
Ide besar berdirinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) bermula dari adanya keinginan para mahasiswa Nahdliyin untuk membentuk suatu wadah (organisasi) mahasiswa. Ide ini tak dapat dipisahkan dari eksistensi IPNU-IPPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama-Ikatan Pelajar puteri Nahdlatul Ulama), secara historis PMII merupakan mata rantai dari Departemen Perguruan Tinggi IPNU yang dibentuk dalam Muktamar III IPNU di Cirebon, Jawa Barat, tanggal 27-31 Desember 1858. di dalam wadah IPNU-IPPNU ini terdapat banyak mahasiswa yang menjadi anggotanya, bahkan mayoritas fungsionaris pengurus pusat IPNU-IPPNU berpredikat sebagai mahasiswa.
Itulah sebabnya, keinginan di kalangan mereka untuk membentuk suatu organisasi khusus yang mewadahi para mahasiswa nahdliyin. Pemikiran ini sempat terlontar pada Muktamar II IPNU tanggal 1-5 Januari di Pekalongan, Jawa Tengah , tetapi para pucuk pimpinan IPNU sendiri tidak menangapi secara serius. Hal ini mungkin dikarenakan kondisi di dalam IPNU sendiri masih perlu pembenahan. Tetapi aspirasi kalangan mahasiswa yang tergabung dalam IPNU ini makin kuat. Hal ini terbukti pada muktamar III IPNU di Cirebon, Jawa Barat, di mana pucuk pimpinan IPNU di desak oleh para peserta muktamar untuk membentuk wadah khusus yang akan menampung para mahasiswa Nahdlatul Ulama, namun secara fungsional dan struktur organisasi masih tetap dalam naungan IPNU, yakni dalam wadah Departemen Perguruan Tinggi IPNU.
Namun, langkah yang diambil oleh IPNU untuk menampung aspirasi para mahasiswa nahdliyin dengan membentuk Departemen Perguruan Tinggi IPNU pada kenyataannya tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Ini terbukti pada Konferensi Besar (pertama) IPNU di Kaliurang, Yokyakarta, yang diselenggarakan pada tanggal 14-16 Maret 1960. Konferensi ini memutuskan terbentuknya suatu wadah/organisasi mahasiswa nahdliyin yang terpisah secara struktural dan fungsionaris dari IPNU-IPPNU.

Proses kelahiran PMII
Seperti telah disebutkan dimuka, bahwa puncak Konferensi Besar IPNU pada tanggal 14-16 Maret 1960, di Kaliurang, Yokyakarta, dicetuskan suatu keputusan yaitu perlunya didirikan suatu organisasi mahasiswa yang terlepas dari IPNU baik secara struktural organisasi maupun administratif. Kemudian di bentuk panitia sponsor pendiri organisasi mahasiswa yang terdiri dari 13 orang dengan tugas melaksanakan musyawarah mahasiswa nahdliyin se-Indonesia di Surabaya dengan batas waktu 1 (satu) bulan pasca keputusan tersebut.
Adapun ke 13 (tiga belas) sponsor pendiri organisasi mahasiswa itu adalah sebagai berikut :
1. Chalid Mahardi (Jakarta)
2. Said Budairy (Jakarta)
3. M. Sobich Ubaid (Jakarta)
4. M. Makmun Syukri (Bandung)
5. Hilman (Bandung)
6. H. Ismail Makky (Yogya)
7. Munsif Nahrawi (Yogya)
8. Nuril Huda Suaidy (Surakarta)
9. Laily Mansur (Surakarta)
10. Abd. Wahab Jailani (Semarang)
11. Hisbullah Huda (Surabaya)
12. M. Cholid Narbuko (Malang)
13. Ahmad Husain (Makassar)
Seperti diuraikan oleh sahabat Chotibul Umam (mantan Rektor PTIQ Jakarta), pra melaksanakan musyawarah mahasiswa nahdliyin, terlebih dahulu 3 dari 13 orang sponsor pendiri itu, yaitu Hisbullah Huda (Surabaya), Said Budairy (Jakarta), dan Maksum Syukri (Bandung) pada tanggal 19 Maret 1960 berangkat ke Jakarta menghadap Ketua Umum Partai Nahdlatul ulama (NU) yaitu KH. Idham Khalid untuk meminta nasehat sebagai pegangan pokok dalam musyawarah yang akan dilaksanakan. Salah satu pesan KH. Idham Khalid yang menjadi pegangan bagi mahasiswa nahdliyin pada waktu itu yaitu hendaknya organisasi yang akan dibentuk itu benar-benar dapat diandalkan, dan menjadi mahasiswa yang berprinsip ‘ilmu untuk di amalkan’ bagi kepentingan rakyat, bukan ‘ilmu untuk ilmu’.
Awal mula berdirinya PMII nampaknya lebih di maksudkan sebagai alat untuk memperkuat partai NU. Hal ini terlihat jelas dalam aktifitas PMII antara tahun 1960-1972 (pra PMII menyatakan Independen) sebagian besar program-programnya berorientasi politis. Ada beberapa hal yang melatar belakangi, diantaranya: pertama, adanya anggapan bahwa PMII dilahirkan untuk pertama kali sebagai kader muda partai NU, sehingga bangunan gerakan dan aktifitas selalu diorientasikan untuk menunjang gerak dan langkah partai NU.
Kedua, suasana kehidupan berbangsa dan bernegara pada waktu itu sangat kondusif untuk gerakan-gerakan politis, sehingga politik sebagai panglima betul-betul menjadi policy pemerintahan Orde Lama (Orla). Dan PMII sebagai bagian dari komponen bangsa mau tidak mau harus berperan aktif dalam konstelasi politik seperti itu .
Lebih jauh sahabat Mahbub Djunaidi (ketua umum PMII pertama) mengatakan “Mereka bilang mahasiswa yang baik adalah mahasiswa non-partai, bahkan non-politis, yang berdiri diatas semua golongan, tidak kesana, tidak kesini, seperti seorang mandor yang tidak berpihak. Sebaliknya kita beranggapan, justru mahasiswa itulah yang harus berpartisipasi secara konkrit dengan kegiatan-kegiatan partai politik”.

Kondisi di Awal Berdirinya PMII
Pada saat PMII berhasil mengadakan konsolidasi ke dalam tubuh organisasi , baik tubuh pengurus maupun anggota, pada waktu bersamaan pula PMII telah melakukan upaya-upaya nasional. Diantaranya sewaktu Persatuan Organisasi Pemuda Islam Seluruh Indonesia (PORPISI) masih hidup. PMII yang menjadi salah satu anggotanya turun aktif di dalamnya. Di samping itu PMII berkiprah dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), yakni satu komando yang bertujuan menggayang paham komunis di bumi Indonesiadan menjaga keamanan negara dan bangsa. Di samping upaya-upaya nasional, PMII juga berpartisipasi dalam kegiatankegiatan Internasional. Diantaranya pada bulan september 1960 PMII ikut serta dalam Konferensi Pembentukan Panitia Internasional Forum Pemuda se-Dunia di Moscow (Constituent Meeting of the Youth Forum). Pada pertengahan tahun 1962 PMII mengikuti seminar World Assembly of Youth (WAY) di Kuala Lumpur. Tahun 1962 juga, selama tiga (3) bulan, PMII berkesempatan menghadiri Festival Pemuda se-Dunia di Helsniki, Finlandi. Pada tahun 1965 ikut serta menghadiri seminar Internasional mengkaji masalah Palestina di Kairo, yang diselenggarakan oleh General Union of Palestine Student (GUPS).


PMII DAN KERUNTUHAN ORDE LAMA

PMII dan Episode Akhir Orde Lama
Pada tanggal 19-26 Desember 1964 di Jakarta pernah diadakan Musyawarah Nasional Generesi Muda Islam (GEMUIS). Musyawarah yang gagasan awalnya muncul dari gerakan Pemuda Ansor ini, bertujuan memperkuat ukhuwah islamiyah yang pada saat itu mengalami ujian akibat fitnah yang dilancarkan PKI (Partai Komunis Indonesia). Hasil dari pertemuan tingkat nasional Generasi Muda Islam ini memutuskan membentuk suatu organisasi yang bersifat konfederatif. PMII dalam organisasi ini duduk sebagai Sekretaris Jenderal Presidium Pusat yang diwakili sahabat Said Budairy. Musyawarah Nasional ini sebagai reaksi atas aksi-aksi yang dilancarkan oleh antek-antek PKI khususnya CGMI (Consentrasi Gabungan Mahasiswa Indonesia), sebuah organisasi yang berafiliasi kepada PKI, yang kian memuncak menjelang peristiwa G.30.S/PKI .
Adapun kelahiran Orde Baru dapat dikatakan sebagai langkah koreksi total terhadap kebijakan rezim orde Lama. Kelahiran Orde Baru sebenarnya merupakan conditionine quanon, karena nampaknya rezim Orde Lama sudah tidak mampu lagi berdiri secara politik apalagi secara ekonomi. Kelahiran Orde Baru ini dipercepat lagi dengan adanya gerakan PKI yang berusaha merebut kekuasaan melalui aksi kudeta yang kemudian lebih dikenal dengan gerakan 30 September/ G.30.S/PKI .
Sebenarnya ada atau tidaknya G.30.S/PKI, Orde Baru dapat dipastikan tetap akan lahir, karena rezim Orde Lama sudah sangat salah langkah dalam mengelola negara. Politik berdikarinya menyebabkan distopnya bantuan dari luar negeri, akibatnya rakyat semakin menderita, karena laju inflasi membumbung tinggi sampai 600% dan pemangkasan mata nilai rupiah dilakukan berkali-kali, tetapi hal itu tidak mampu merubah keadaan. Suasana yang sudah kritis ini ditambah lagi dengan tindakan Orde Lama yang melakukan “politik konfrontasi” dengan Malaysia, yang berakibat separoh dari anggaran belanja negara tersedot untuk kepentingan politik konfrontasi tersebut.
Dalam kondisi seperti itu, PKI memanfaatkan suasana –mengail ikan di air yang keruh- dengan melemparkan isu bahwa dewan Jenderal akan merebut kekuasaan (kudeta) dari tangan Presiden Soekarno. Dalam keadaan seperti itu, rezim Orde Lama dihadapkan pada posisi yang serba dilematis, disatu pihak, jika rezim ini menghukum dan membubarkan PKI, jelas akan berhadapan dengan pemerintahan komunis di Cina yang selam ini mendukung politik Soekarno dalam politik konfrontasi dengan Malaysia, tetapi di lain pihak, jika tetap mempertahankan PKI jelas akan berhadapan dengan rakyatnya sendiri, terutama rakyat yang selama ini terus menerus difitnah oleh PKI .
Melihat situasi yang tdiak menentu itu, para toko dan aktivis organisasi mahasiswa ekstra Universitas berinisiatif membentuk suatu wadah perjuangan untuk menegakkan kembali keadilan dan menyuarakan aspirasi rakyat Indonesia yang tertindas. Mereka tampil dengan semboyan: TRI-TURA (Tiga Tuntutan Hati Nurani Rakyat) :
1. Bubarkan PKI beserta antek-anteknya.
2. Retor Menteri-menteri yang goblok
3. turunkan harga.
Gerakan itu dipimpin oleh tokoh-tokoh mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dengan ketua umum presidium pusatnya sahabat Zamroni (ketua umum PMII periode ke IV). Dengan posisi seperti itu dapat diketahui bahwa PMII punya andil sangat besar dalam kegiatan dan mobilisasi KAMI dalam rangka kelahiran Orde Baru.

PMII DAN KEBANGKITAN ORDE BARU

PMII Pasca Kelahiran Orde Baru
Warisan yang ditinggalkan pemerintahan Orde Lama berupa kondisi sosial-ekonomi dan politik yang tidak menentu. Seputar awal kelahiran Orde Baru (1966) kondisi sosial-ekonomi-politik Indonesia benar-benar parah.salah satu upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi ini adalah dengan mengadakan senering (pengguntingan nilai mata uang), namun tidak mampu menolong keadaan perekonomian yang memang diluar jangkauan pengelolaan pemerintah. Selain itu, pemerintah Orde Baru di awal kebangkitannya mengeluarkan kebijakan politik yang dikenal dengan strukturisasi ideologi dan golongan. Yang dimaksud dengan strukturisasi ideologi dan golongan seperti yang dikemukan oleh Ali Moertopo dalam bukunya Strategi Politik Nasional :
1. Menciptakan dan kematangan stabilitas politik.
2. Perubahan struktur politik dengan pengakuan bagi Golkar.
3.Menciptakan mekanisme dan infra-struktur politik yang dapat bekerjasama dengan pemerintah dalam melansirkan usaha-usaha pembangunan.
4. Membangkitkan kesadaran demokrasi rakyat banyak.

Salah satu wujud perombakan struktur politik dengan menyeimbangkan kekuatan-kekuatan golongan fungsional (sekarang ; Golkar) dengan kekuatan-kekuatan partai politik yang berperan dalam wadah parlemen. implikasinya adalah menambah jumlah anggota DPR-GR pada posisi yang lebih menguntungkan kedudukan golongan fungsional, dengan satu argumen demi menjamin kelangsungan hidup Orde Baru dengan demokrasi Pancasila. Sudah barang tentu tindakan berupa kebijakan pemerintah Orde Baru seperti ini sangat merugikan partai politik. Salah satunya adalah partai NU sendiri, dengan PMII sebagai pendukungnya.
Keterlibatan PMII dalam arus kegiatan politik praktis justru berakibat fatal , PMII justru melupakan dirinya sebagai organisasi kemahasiswaan yang pada hakikatnya merupakan suatu gerakan intelektual dan gerakan moral. Tetapi dengan terseretnya PMII dalam kegiatan politik praktis maka PMII hanyut sehingga menjadi ‘bumper politik’ .
Salah satu moment penting bagi PMII pasca kelahiran Orde Baru adalah pelaksanaan kongres IV PMII di Makassar (Ujung Pandang) pada tanggal 25-31 April 1970, hal ini dianggap penting karena beberapa hal :
Pertama, kongres IV PMII merupakan peletak dasar perjalanan PMII pada zaman Orde Baru, bersama dengan dimulainya Rancangan Repelita I pemerintahan Orde Baru. Kedua, kongres IV PMII ini adalah merupakan kongres yang pertama diadakan di luar Jawa, yaitu di Makassar, jal ini untuk membuktikan bahwa PMII tidak hanya besar di Pulau Jawa, tetapi juga mempunyai potensi dan basis yang kuat di luar Jawa, kongres ini hadiri oleh sekitar 100 utusan Cabang PMII. Ketiga, bersama dengan pelaksanaan kongres IV PMII ini juga dilaksanakan Musyawarah Nasional yang pertama yaitu Korp PMII Puteri .
Momentum sejarah perjalanan PMII yang membawa perubahan secara mendasar pada perjalanan selanjutnya adalah dicetuskannya “Independensi PMII” pada tanggal 1972 di Murnajati Lawang Malang Jawa Timur, yang kemudian kita kenal dengan “Deklarasi Murnajati” . Lahirnya deklarasi ini berkenaan dengan situasi politik nasional, ketika peran partai politik dikebiri – bahkan partisipasi dalam pemerintahanpun sedikit demi sedikit dikurangi – dan mulai dihapuskan. Hal ini mulai dirasakan oleh NU yang nota bene merupakan partai politik.

PMII Dalam bayang-bayang Orde Baru
Akibat dari perubahan drastis iklim politik pemerintahan Orde Baru dimana kehidupan politik lebih menekankan pada iklim “ketenangan” yang tidak memungkinkan lagi bagi partai politik untuk hidup kongres IV PMII jor-joran seperti pada masa lalu, maka kehidupan organisasi mahasiswa , apalagi bagi organisasi mahasiswa yang dependen pada partai politik. Dampaknya pada suasana kehidupan berorganisasi terasa pengab.
Kelahiran Orde Baru secara dramatis pada 11 Maret 1966, menghantarkan Indonesia pada pintu harapan adanya perubahan orientasi dalam bidang politik, ideologi, ekonomi, dan sosial budaya.
Kekuatan militer pimpinan Jenderal Soeharto secara bertahap mengambil alih kekuasaan dari Presiden Soekarno. Munculnya penguasa baru ini cukup merangsang simpati dan dukungan dari pemuda dan mahasiswa.
Akan tetapi, masa ‘bulan madu’ penguasa baru dengan mahasiswa tidak berumur panjang. Titik kontradiktif persepsi mulai nampak menggeliat kepermukaan. Ketika awal 70-an mahasiswa secara kritis mengecam rezim Orde Baru yang secara perlahan namun pasti beringsut dari komitmen awal kelahirannya, bahkan cenderung membuka kesempatan bagi adanya elit di lingkungan kekuasaan untuk korupsi. Dan adanya kecenderungan penyimpangan politik oleh penguasa dalam melaksanakan cita-cita Orde Baru. Keadaan ini menjadi semakin melenceng jauh, ketika salah satu asisten pribadi (aspri) presiden Soeharto yaitu Ali Moertopo dengan potensi partnernya, melakukan manuver politik yang menjungkir balikkan keinginan dan tujuan dari rentetan aksi protes mahasiswa pada tahun tujuh puluhan.
Sadar akan besarnya potensi kritis yang dimiliki oleh mahasiswa, penguasa rezim Orde Baru secara sistematis mulai melakukan kontrol yang efektif terhadap mahasiswa. Kontrol ini merupakan bagian dari keinginan untuk mempertahankan kekuasaan yang secara teoritis-praksis dapat menggunakan aparat represi negara, yakni militer dan polisi, atau penanam ideologi.
Untuk menjawab persoalan mendasar tersebut, PMII memberikan pertimbangan beberapa pemikiran di bawah ini :
1. Mahasiswa perlu mengembangkan pemikiran-pemikiran yang lebih kritis dan analitis dalam menghadapi setiap persoalan masyarakat dan secara tajam memiliki kepekaan dalam melihat dimensi di belakang munculnya realitas di masyarakat seperti nilai, kepentingan, dan kekuasaan.
2. Mahasiswa perlu meningkatkan kepekaan dan kepeduliaan sosialnya, yakni sadar akan siapakah yang diuntungkan oleh pemikirannya atau meningkatkan pemihakannya (para masyarakat lapis bawah).
3. Kekecewaan-kekecewaan yang dialami oleh aktivis KAMI dan lainnya yang dulu memimpikan hasil yang sukses dan konkrit dari perjuangan TRI-TURA dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Sedangkan kenyataannya hasil dari perjuangan itu semakin lama semakin menipis, berhubung dengan perbedaan-perbedaan motivasi dan background dari kekuatan-kekuatan pendukung Orde Baru .

Selain itu, PB PMII mengeluarkan surat pernyataan yang berisi protes terhadap pemerintahan saat terjadi pengadilan mahasiswa (merupakan pernyataan pertama yang dikeluarkan oleh organisasi mahasiswa ekstra kampus).
Pada tahun 1974, ketika NU telah melakukan fusi politik dengan partai-partai Islam lain dalam PPP (Partai Persatuan Pembangunan), maka deklarasi Independensi (1972) di Malang juga merupakan pilihan sejarah yang sangat penting. Dengan tegas PMII menyatakan independen dari NU karena memang harus menegaskan visinya bukan sebagai bagian dari partai politik.
Selama kurun masa (80-90-an), kepengurusan di PMII dan organisasi-organisasi mahasiswa ekstra lainnya semisal HMI, IMM, PMKRI, GMNI, dan GMKI adalah alat, sarana sebagai batu loncatan untuk menduduki kursi-kursi di KNPI yang didukung oleh pemerintah (Orde Baru). Nyata-nyatanya hanya organisasi-organisasi pro-pemerintah yang pada akhirnya mendapatkan kursi di KNPI dan selanjutnya kursi di DPR/MPR RI. Organisasi-organisasi kritis tidak akan mendapatkan tempat dalam kultur politik Orde Baru yang sangat nepotis . Artinya, antrian menuju kursi kekuasaan tidak akan pernah sampai kecuali dengan melalui strategi lain yang berada di luar mainstream. Dan PMII melakukan itu tatkala HMI yang menjadi (rival utamanya) selama ini justru sedang bermesraan dengan rezim Orde Baru melalui politik ijo royo-royo, di mana lebih dari 300 orang anggota MPR RI adalah alumni HMI.
Akhirnya, PMII bersama-sama organ-organ mahasiswa Forum Cipayung minus HMI mendirikna sebuah forum bernama Forum Kebangsaan Pemuda Indonesia (FKPI) sebagai bentuk keprihatinan atas mengentalnya politik aliran di Indonesia yang ditandai dengan semakin massifnya kelompok-kelompok yang tergabung di dalam ICMI dengan mengusung representasi Islam yang mayoritas di dalam kekuasaan. Dengan dukungan Orde Soeharto, ICMI melakukan ekspansi ke berbagai lini dengan mengusung isu Islamisasi, baik di sektor ekonomi dengan mendirikan Bank Muamalat, di Media dengan mendirikan Republika yang diasumsikan sebagai koran Islam, maupun permodalan dengan mendirikan BPR-BPR Syariah. Di sektor ekonomi, isu yang diusung adalah kemandirian ekonomi umat dan anti cina, sebagai kelompok yang dianggap menghancurkan ekonomi Indonesia.
Klimaks dari resistensi terhadap pemerintahan rezim Orde Baru adalah gerakan mahasiswa dipenghujung dekade 1990-an , dimana PMII berdiri di barisan paling depan dalam menghancurkan rezim Orde Baru, sebagaimana NU juga berdiri di barisan paling depan dalam mengganyang PKI pada paruh kedua tahun 1960-an.

SALAM KEBEBASAN BERGERAK
--------------------------------------------------------------------------------------------

Sabtu, 08 Agustus 2009

Propasal Mapaba 2009

LEMBAR PENGESAHAN 
Bismilaahirrahmaanirrahiem



Setelah membaca, mengoreksi dan memberikan masukan sepenuhnya, maka dengan ini kami berpendapat bahwa proposal yang diajukan panitia Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA) 2009, PMII Komisariat Syari’ah KOMBES Sunan Ampel Cabang Surabaya disetujui untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.


Surabaya, 22 Juni 2009


Yang mengesahkan
Pengurus PMII Syari’ah 
KOMBES Sunan Ampel Cabang Surabaya


AHSANUL HAQY
Ketua



Mengetahui,


  Pengurus PMII KOMBES Sunan Ampel   
   

NUR ASIYAH
  Ketua

Pengurus PMII Cabang Surabaya

DENY AHMAD FAUZI
Ketua


PROPOSAL
MASA PENERIMAAN ANGGOTA BARU (MAPABA)
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA (PMII) SYARI’AH KOMISARIAT BESAR SUNAN AMPEL CABANG SURABAYA


A. LATAR BELAKANG
Problematika masa kini (Kemiskinan, Kebodohan, Eksploitasi manusia terhadap manusia, Eksploitasi manusia terhadap alam secara besar-besaran) yang dihadapi masyarakat negara berkembang (miskin) termasuk bangsa Indonesia, bermula dari arogansi dunia barat yang notabena negara maju(kaya) untuk menciptakan peradaban yang lebih maju, beradab daripada sebelumnya, dengan janji kemajuan teknologi, pembangunan dan industrialisasi. Inilah yang disebut westernisasi sebuah cerminan dari baratsentrisme/europosentrisme yang dipaksakan secara ideologi dalam ruang kesadaran masyarakat negara berkembang(miskin), bagi barat peradaban negara berkembang tidak beradab, tidak maju, primitif dan di dominasi teologi. yang menghambat kemajuan harus dirubah melalui semangat modernisasi. Tapi ironisnya modernisasi yang dicanangkan oleh dunia barat dijewantahkan melalui mega-proyek kolonialisme dan imperialism fisik (menurut soekarno nekolin). Setelah gejala tersebut berakhir modernisasi dijewantahkan melalui ideologi, ekonomi, politik, pendidikan dan peradaban. Akhirnya peradaban masyarakat negara berkembang cenderung mempunyai beban psikologi berupa post-ideologi syndrome untuk selalu curiga terhadap segala sesuatu yang berbau barat.
Fenomena modernisasi yang dicanangkan oleh negara maju telah menancapkan pengaruhnya secara hegemonik dalam ruang kognitif kesadaran masyarakat negara berkembang. Bagai berjalan diatas dua kaki yang berbeda. Yang satu merupakan simbol ketidaktahuan terhadap tradisi lamanya. Sementara kaki satunya merupakan simbol tersebarnya kebudayaan Barat. Dan telah memposisikan dirinya sebagai ordinat dan yang lain sebagai sub-ordinat dengan menggulirkan ego superior kulturnya melalui gerakan orientalisme yang dibungkus dalam kedok-kedok ilmiah. Sehingga tanpa sadar masyarakat negara berkembang terkooptasi dalam gaya peradaban barat, bahkan merambah ke arah kehidupan sehari-harinya. Kalau hal ini tidak diantisipasi bukan hanya berbahaya terhadap hilangnya kebudayaan dan tradisinya sendiri tapi juga 
mengancam idealisme masyarakat itu sendiri dan mengancam akan hilangnya peradaban dan kebudayaan masyarakat negara berkembang.
Untuk mengantisipasi fenomena di atas perlu adanya penyadaran kognitif terhadap masyarakat negara berkembang termasuk masyarakat Indonesia melalui pendidikan yang berbasis nasionalis, religius dan idealis yang nantinya diharapkan setiap individu masyarakat negara berkembang terkooptsi kembali dengan tradisi dan kebudayaan lamanya sendiri yang selama ini tidak dihiraukan lagi.

B. DASAR PEMIKIRAN 
Dalam mewujudkan pendidikan yang berbasis nasionalis, religius dan idealis yang nantinya diharapkan setiap individu masyarakat negara berkembang terkooptsi kembali dengan tradisi dan kebudayaannya sendiri. PMII yang merupakan organisasi ekstra selalu mengadakan proses pengkaderan secara cermat, teliti dan komprehensif yang meliputi, formal, non formal dan informal yang nantinya diharapkan mampu merealisasikan standarisasi kader PMII, 
Untuk maksud tersebut maka pengurus PMII Syari’ah Kombes Sunan Ampel Cabang Surabaya hendak mengadakan kegiatan formal berupa “Masa Penerimaan Anggota Baru” (MAPABA) dengan pendekatan penunjang kualitas intelektual dalam bangkai “Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia”.  

C. LANDASAN KEGIATAN
Anggran dasar dan anggaran rumah tannga (AD/ART) PMII
• Nilai dasar pergerakan (NDP) PMII
• Garis besar haluan organisasi (GBHO) PMII
• Program kerja PMII Syari’ah Kombes Sunan Ampel cabang surabaya  

 D. NAMA, TEMA DAN BENTUK KEGIATAN 

Kegiatan ini mengambil tema “Dekonstruksi Paradigma Kerja Untuk Membangun Idealisme Islam Nusantara”. Adapun bentuk kegiatannya adalah Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA 09) PMII Syari’ah Kombes Sunan Ampel Cabang Surabaya.  

E. TUJUAN KEGIATAN 
a. Pengenalan organisasi PMII pada calon anggota baru
b. Mengetahui arah, tujuan serta orientasi PMII
c. Memperdalam materi dan wacana dalam PMII
d. Memperluas ilmu pengetahuan dan membawa wawasan 
e. Langkah awal memulai pergerakan 
f. Kader PMII Syari’ah mampu bersaing dalam ajang ranah intelektual
g. Memperkaya wawasan serta menanamkan metode pengkayaan intelektual

F. SASARAN KEGIATAN

a. Mahasiswa baru fakultas Syari’ah IAIN Sunan Ampel Surabaya 
b. Mahasiswa baru IAIN Sunan Ampel Surabaya (umumnya)
c. Delegasi komisariat PMII se-Indonesia 

G. TEMPAT DAN WAKTU KEGIATAN 

Kegiatan ini akan di selanggarakan dengan ketentuan waktu dan tempat sebagai berikut;
Hari/tanggal kegiatan : Kamis-Minggu, 23 – 26 Oktober 2009
Tempat kegiatan : Villa Bukit Tidar Malang


H. PELAKSANA KEGIATAN
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Syari’ah Komisariat Besar Sunan Ampel Cabang Surabaya jawa timur yang dimotori oleh panitia pelaksana, susunan kepenitiaan terlampir. 

I. TARGET UMUM
a. Kader PMII dapat menemukan jatidirinya dalam mengembangkan organisasinya untuk mewujudkan perubahan sistem social yang lebih baik.  
b. Kader PMII dapat mempunyai analisis realitas sosial sebagai bentuk loyalitas dirinya dalam menciptakan perubahan. 
c. Membentuk citra diri kader pergerakan yang militan.
d. Sebagai kader muda bangsa ikut berperan serta dalam membangun realitas organisasi, bangsa dan negara menjadi lebih baik.

J. ANGGARAN DAN SUMBER DANA 
Kegiatan ini diperkirakan menghabiskan biaya sebesar Rp. 34.735.000 (Tiga Puluh Empat Juta Tujuh Ratus Tiga Puluh Lima Ribu Rupiah)”,-. Adapun perinciannya sebagaimana terlampir. Sumber dana berasal dari uang kas komisariat Syari’ah komisariat besar Sunan Ampel Cabang Surabaya, kontribusi peserta, donator dan lembaga lain yang tidak mengikat.

K. PENUTUP
Demikian proposal ini kami susun, agar bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk ikut berpartisipasi dalam membantu kegiatan yang akan kami laksanakan. Harapan kami, semoga kegiatan pelatihan ini disertai partisipasi aktif dari berbagai pihak, guna suksesnya kegiatan pelatihan dan meningkatnya kualitas pengetahuan dan potensi Kader pergerakan sebagi generasi muda bangsa secara optimal. Dan kami ucapkan banyak terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu yang berkenan untuk memberikan perhatian beserta bantuannya.
Surabaya, 06 Agustus 2009

Panitia Pelaksana,


                  ARY ARDILA                                                       MARLAF SUCIPTO
                  Ketua                                                                       Sekretaris


Mengetahui,
Pengurus PMII Syari’ah
KOMBES Sunan Ampel Cabang Surabaya





AHSANUL HAQY
Ketua Umum


Lampiran 1


SUSUNAN PANITIA 
MASA PENERIMAAN ANGGOTA BARU (MAPABA) 2009
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
SYARI’AH KOMISARIAT BESAR SUNAN AMPEL
CABANG SURABAYA


Penasehat : Forum Sahabat Syari’ah (FORSA) 
Penanggung jawab : Ketua Umum Komisariat Syari’ah

Steering Commite (SC)
Koordinator SC : Ach. Mu’afi F.M.  
Maneger Materi : Mustaufiqin 

Anggota :
 
Wahyu HP
Wafa 
Amir abdullah
Biqi Hazairin
Mas’ud 
Indra
Bustan  
Luqman
Rahmawati
Alfin
Maulidat-Sa’diyah
Abd. Aziz 
Yesi Mahbubah
Ika Istiawati
Affan azizi
Ernawati
 Ama’ 
Anggi’
Nur Khalis Majid
Salam 
Manaf 
Faruq 
Alfan al farizi
Siti Mahmudah 
Lia 
Najib
Alif Rusdiyansyah
Hudan Syaifullah
Mabrurotul Faizah
Elok maslahah 
Yuyun Ni’mah
Indana
 Azizah
Nurul Muflihah
Dewi fitrotus
Ifa 
Musyrifah 
Syafi’y 
Qurnaisih 
Hopiluddin 
Hakim 
Nurul Fallah 
Ach. Fauzi
Hamdan 
Faqor
Septiawan
Nur fadilh
Syaiful Bahri






Organizing Commite (OC)
Ketua                     : Ary Ardila
Wakil Ketua          : Ahmad Syarif
Sekretaris             : Marlaf Sucipto
Wakil Sekretaris  : Anggi Ika Ramayanti
Bendahara            : Siti Aisyah Muyassaroh 
Wakil Bendahara : Muhammad Mustaqim

Devisi-devisi :

Kesekretariatan                            Protokoler                        Keamanan
A. Luthfi M. (koord)                         Abdullah Muhdi (koord) M. Bahrudin (koord)
Indana Zulfa                                      Fiki Inayah                       Deden Wahyudi
Putri DwiS.                                        Zakiyatul Ulya                 Iqbal Waziri
Siti Lailatul                                        M. Yuni Wulandari          Khusnul Aminin
Ibnu Abi Aufa                                   Nur Azmil M.                    Riza Yuniar 
M. Rifqi Hidayat                               Yuniar Ekawati                Ma’mun
Fitri Hardiana                                  Lina Susanti                      Dwi Nur Afifah
Miftahul Jannah                              Fathu Sururi                      Latifah
Ani Avivah                                       Dina (smst. 4)                    Hari Wahyudi
Siti Khafsah                                     Riki Firnanda                     Siti Lisa
Nida Fitriah                                     Miswanto                           Darmiyanti
Khoirul Muchsinin                          Lailatul Khusaiyah            Hamidatun Nafisah
Mahfudh Aziz Riska                       Dwi Novita                         Abd. Karim Rouf
Silviana Ulfa                                    Ach. Rifa’i                           Luthfi Ma’shum
Aspan Hudawi S.                            Mujahidin                           Nurul Alimi S
Muslichin                                        Imamul Muttaqi                Shihabudin
Siti Urifatul
Hamam
Migdad
Riza Yuniar  

DPA                                               Konsumsi                                Penggalian Dana
Syamsul Arifin (koord)                M. Sugeng Winulyo (koord) Nur M. Muadhom
Evi Lutviana                                  Hidayatun                              Nadhira Faris Shofi
David Yubriandi                            Zamrudin                               Misbahul Musthofa
Hadiah Musafir                             Rina Fatimah                         M. Hamzah
Adib M. Husen                              Nur Hamas F.                        Ali Mustakim
Ahmad Shobirin                            Lilik Nur Farida                    Nailis Sa’adah
Atik Inayah                                   Cistiah Maulidiah                  Siti Khoirotul Ula
Hanif Kurniawan                          Ismaniyah                              Tatimul Kholidah
Thobibul Qulub                            Nelly Fauziah                         Abd. Muqsid
Khusnul Fatma                            Ahmad Rifa’i                          Ainul Fuadi
Habibi A.                                      Chilmy                                     Izul Khoir
Puji Ayu Lestari                          Fauzan Shodiq                       Mahmudi
Nur Rahmah                               M. Mabrudin
Okta Pradina                              Musyafa’
Maziyatul Mazza                        B. Siti Nur H. S.
Abd. Wahid
Habibatul ulum
Syafi’atin Ni’mah
Masyhud

Kesehatan                              Humas                                     Rekrutmen
Syihabudin (koord)                   Abd. Kholiq (koord)               Shofiudin (koord)
Tini Maria                                  Badriatul Qomariah                Saidah Dwi Susanti
Ririn Indah                                Firman Ardianto                     Anisa Nur Fadilah
Dina Amaliah                             Nurus Shobahah                     Miftahus Shofiah
Fauziah R.                                  Fairuz Zarahmi                       Ibnu Saha
Nur Shobihatul N.                     Rizka Fadhilatin                     Umi Kulsum
Yuli Mukaromah                      Rima Khoironi                         Siti Munahayati
Siti Maslikha                             Hidayatun Nadhiroh              Siti Ulfiah
Husni Abdullah                         Mariyatul Qibtiah                  Pabibatul Hidayah
Faridatun Nafisah                   Ayu Agustin                             Nur Khotijah
Mukarromah                           Hidayatul Umroh                    Fitriana 
Annisa Faulia                           F. Lilik Puji                               Ilma Pratiwi
Faris Tsani                               Makbul                                     Rizka Amaliah
Sholihudin                                Hendro Prasetyo                     Kholis
Indah Kumalasari                   Ika Purnamasari                     Slamet
Sayyid                                      Hidayatul Musthofa
 

Lampiran 2


REKAPITULASI DANA


DEVISI KESEKRETERIATAN : 
1. Pengadaan alat tulis : Rp. 250.000
2. Pengadaan Stempel : Rp. 30.000
3. Pengadaan dan penggandaan proposal @ 2000 x 150 bh : Rp. 300.000
4. Block Note @ 2000 x 300 bh : Rp. 600.000
5. Penggandaan surat menyurat : Rp. 200.000
6. Sertifikat panitia dan peserta @ 2000 x 500 bh : Rp. 1.000.000
7. Cindramata Pemateri @ 25.000 x 12 bh : Rp. 300.000
8. Kwitansi @ 2000 x 5 bh : Rp. 10.000
9. Stopmap @ 500 x 20 bh : Rp. 10.000
10. Cocart Peserta dan Panitia @ 1500 x 500 bh : Rp. 750.000
11. Tinta : Rp. 100.000
12. Honorium Pemateri @100.000 x 12 : Rp. 1.200.000
13. Modul : Rp. 600.000
Jumlah  : Rp. 5.350.000


DEVISI DPA (Dokumentasi, Publikasi, Akomodasi) :
1. Spanduk 100.000 x 3 : Rp. 300.000
2. Stiker @ 2000 x 500 bh : Rp. 1.000.000 
3. Dokumentasi (film+cuci cetak) : Rp. 300.000
4. Baliho 1 bh : Rp. 200.000
5. Sewa Kursi @ 1500x500 kursi x 4 hari : Rp. 3.000.000
6. Sewa pengeras suara @200000 x 4 hari  : Rp. 800.000
7. Alat Kebersihan : Rp. 100.000
Jumlah : Rp. 5.700.000 

DEVISI HUMAS (Hubungan Masyarakat)
1. Sewa Tempat @1.500.000 x 4 hari : Rp. 4.500.000
2. Transport Panitia dan Peserta PP. @ 1.500.000 x 6 : Rp. 9.000.000
3. Transport Nara Sumber : @100.000 x 12 : Rp. 1200.000
Jumlah : Rp.14.700.000
  


DEVISI KONSUMSI :
1. Makan peserta dan Panitia @ 3.500 X 500 org X 10x : Rp. 17.500.000
2. Konsumsi Pemateri @ 5000 X 12 orang X 10x : Rp. 600.000
3. Snack @ 1500 X 500 : Rp. 750.000
4. Air Minum @ 13000 X 10 dos X 4 hari : Rp. 520.000
5. Kopi, Gula, dan Teh : Rp. 100.000
Jumlah : Rp. 19.470.000 

DEVISI REKRUTMEN : 
1. Stempet besar : Rp. 10.000
2. Penggandaan formulir pendaftaran dan panflet @ 500 X 100 Lembar : Rp. 500.000
Jumlah : Rp. 510.000

PEMASUKAN :
1. Kontribusi Peserta 35.000 x 300@ : Rp. 10.500.000
2. Kontribusi Panitia Organizing Comite (OC) 20.000 x 150@ : Rp. 3.000.000

Estimasi Dana :
Jumlah Pemasukan : Rp. 13.500.000
Jumlah Pengeluaran : Rp. 47.230.000

Jumlah Dana Yang di Butuhkan : Rp.33.730.000 (Tiga Puluh Tiga Juta Tujuh Ratus Tiga Puluh Ribu Rupiah


Lampiran 3

JADWAL KEGIATAN

Kamis, 23 Oktober 2009
1. 15.00-16.00                Pengkondisian
2. 16.00-17.00                Pemberangkatan
3. 17.00-19.00                Good bye IAIN
4. 19.00-20.00               Ishoma & Pengkondisian
5. 20.00-21.00               Pembukaan
6. 21.00-23.00               Bina Suasana
7. 23.00                           Istirahat 

Jum’at, 24 Oktober 2009
8. 07.00-.07.30            Sarapan Pagi
9. 07.30-08.00             Pengkondisian
10. 08.00-09.30          Kemahasiswaan
11. 09.30-10.00           Review materi
12. 10.00-11.00           Pendalaman
13. 11.00-12.30           Sholat Jum’at
14. 12.30-13.00           Makan Siang
15. 13.00-13.30           Ice Breaking
16. 13.30-15.00           Ke-Islaman
17. 15.00-15.30           Review Materi
18. 15.30-16.30           Pendalaman
19. 16.30-18.30           Ishoma
20. 18.30-19.00          Penkondisian
21. 19.00-20.00          Permainan tes IQ
22. 20.00-23.00         Alur
23. 23.00                     Istirahat 

Sabtu, 25 Oktober 2009
24. 07.00-.07.30       Sarapan Pagi
25. 07.30-08.00        Penkondisian
26. 08.00-09.30       Ke-Indonesiaan
27. 09.30-10.00       Review Materi
28. 10.00-11.00       Pendalaman
29. 11.00-11.30        Ice Breaking
30. 11.30-12.00       Ishoma
31. 12.00-13.00       Pengkondisian
32. 13.00-14.30       Ke-PMII-an
33. 14.30-15.00       Review
34. 15.00-15.30       Ice Breaking
35. 15.30-16.00       Prolog (Diskusi Kasus)
36. 16.00-17.00       Diskusi Kelompok
37. 17.00-18.30       Ishoma
38. 18.30-19.00      Penkondisian
39. 19.00-21.00      Diskusi Panel
40. 21.00-21.30      Review Materi
41. 21.30                  Istirahat 
Minggu, 26 Oktober 2009
42. 06.30-07.00    Sarapan Pagi
43. 07.00-07.30    Pengkondisian
44. 07.30-08.00   ASWAJA
45. 08.00-09.45   Review Materi
46. 09.45-10.50   NDP
47. 10.50-11.30   Review Materi
48. 11.30-12.30   Ishoma
49. 12.30-12.45   Penkondisian
50. 12.45-13.00  Muatan Lokal
51. 13.00-14.45  RTL
52. 14.45-15.15  Setting Angkatan
53. 15.15-17.00  Ishoma
54. 17.00-19.00 Pewngkondisian
55. 19.00-19.30 Penutupan
56. 1930.20.00  Inagurasi
57. 20.00-21.45 Renungan Malam
58. 21.45-23.00 Come back to IAIN campus
Lampiran 5


ACUAN KERJASAMA SPONSOR SHIP DAN KONTRAPRESTASI
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA (PMII)
SYARI’AH KOMISARIAT BESAR SUNAN AMPEL
CABANG SURABAYA JAWA TIMUR


 Dalam rangka MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru) PMII, panitia menawarkan kepada semua pihak untuk dapat berpartisipasi dalam mendukung terselenggaranya acara tersebut,

1. Sponsor Tunggal
Ketentuan:
 Panitia tidak memungkinkan lagi untuk menerima sponsor lain.
Kontraprestasi:
 Pemasangan dan penyebutan nama serta logo sponsor pada semua media publikasi (pamflet, spanduk, umbul-umbul, stiker, baliho).
 Pemasangan nama dan logo sponsor di back ground acara dan dilokasi kegiatan.
 Pencantuman nama dan logo sponsor di name tag panitia dan peserta.
Konsekuwensi: 
 Mendanai atau mendirikan sebanyak (senilai) 70% (tujuh puluh persen) dari anggaran total kegiatan. Yaitu senilai Rp. 23.611.000,- Hal-hal yang berkaitan kerja sama sponsorship dapa dibicarakan lebih lanjut dengan panitia.

2. Sponsor Pendamping
Ketentuan:
 Panitia masih memungkinkan untuk menerima sponsor lain.
Kontraprestasi:
 Pmasangan dan penyebutan nama dan logo sponsor pada media publikasi (pamfflet, spanduk, stiker).
Konsekuwensi: 
 Menyediakan dana sebesar 50% (lima puluh persen) dari anggaran total kegiatan. Yaitu senilai Rp. 16.865.000 ,- Hal-Hal yang berkaitan dengan kerja sama sponsorship dapat dibicarakan lebih lanjut dengan panitia.

3. Sponsor Pendukung
Sponsor pendukung adalah pihak yang mengambil salah satu jenis publikasi yang tertera atas sponsorship. Bentuk kerja sama yang kami tawarkan tidak sesuai dengan besar anggaran, bentuk, jenis dan jumlah barang dalam proposal.

4. Donatur
Bagi perorangan, perusahaan, instansi terkait, panitia tidak menutup kemungkinan untuk menerima sumbangan sukarela (donatu) yang tidak bersifat mengikat dan merugikan anntar kedua belah pihak.
5. Ketentuan-ketentuan lain
 Pembayaran
Setiap pembayaran sponsorship disertai dengan uang muka sukurang-kurangnya 50% (lima puluh persen) dari nilai kontrak yang dibayar pada saatt penandatanganan surat perjanjian, dan sisanya dibayar sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
 Pembatalan 
- Pembatalan dari pihak panitia
Biaya akan dikembalikan sesuai dengan nilai yang telah diterima
- Pembatalan dari pihak sponsor
Bagi pihak yang sudah membayar 50% (lima puluh persen) dari kontrak yang telah disepakati, seluruh biaya yang diterima akan menjadi hak panitia sepenuhnya. Sedangkan pihak yang membayar lunas, maka biaya akan dikembalikan 50% (lima puluh persen) dari biaya yang telah dibayar.
- Pembayaran dan pelunasan
Sponsor harus uang muka ketika pengisian formulir kerjasama sebesar nilai yang telah disepakati dan sisanya dapat dilunasi dapat dilunasi sesuai dengan ‘kedua belah pihak.
Materi iklan atau promosi bentuk logo, nama plat, nama perusahaan, dikirim selambat-lambatnya seminggu sebelum pelaksanaan kegiatan. Perjanjian kontrak dilaksanakan oleh panitia dan perusahaan yang bersangkutan.
Segalah bentuk masukan, saran, dan kritikan dapat melalui contact person atas nama Ary Ardila (ketua panitia) dan Marlaf Sucipto (sekretaris panitia) di Base camp PMII Syari’ah, Jl. Pabrik kulit wonocolo Surabaya, Telp. 087866160475. 08983866828





 
Design by marlaf sucipto dan moh. mukit | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons